All About Life...Love....and Laugh...

Jumat, 30 Agustus 2013

Tanpa arah

Aku tersenyum kecil,lalu menguap dengan mata yang masih ingin terpejam. Ku tekan tombol pemanas pada dispenser berpikir bahwa sesuatu yang hangat akan menepis dingin yang menjalari kulit. "Udaranya dingin sayang dan pilekmu belum sembuh juga" kuingat suara batuk keringmu yang beberapa saat ini menumbuhkan cemasku. "Sudah minum obat, jangan terlalu khawatir.." Kau berusaha mengalihkan kecemasanku. Tak seberapa berhasil. Ku masih berpikir apakah obat itu berfungsi untuk pilekmu sayang aku bukan dokter. Seiring itu menatapmu lagi menggumpal memenuhi jalan nafasku dan berserak serupa bubuk kopi berpadu creamer didasar cangkir,menunggu air mencapai titik didih untuk melarutkannya "aku bahagia kau selalu ingat untuk pulang" "Kau yang selalu membuatku ingin pulang" suara itu melembut berupa bisik yang tak akan tercuri telinga lain. Membuatku tak hendak untuk melepaskanmu pergi. Itu memicu kangenku,menjadikan tusukan di ulu hatiku. Perih tentu, karena itulah lembing yang menghujam berkali kali menyakitkan sekaligus memberiku gairah kerinduan pada saat yang sama. "Kangen" bisikmu lirih sekali. Tak mampu membendung luapan dalam diriku yang membanjir barangkali sesaat lagi aku akan tenggelam. "Satu lagi kau mengatakannya maka kau tak akan berangkat" Membayangkan sepasang mata dibawah alis berserak lembut yang tatapannya tak hanya menenggelamkan namun juga membuatku tersesat lebih dulu pada labirin yang tak hendak kau cari jalan pelepasnya. " Berangkatlah" kataku sambil menenangkan rindu yang riuh memanggil. "Lakukan sesuatu untuk aku disana" "apa?" "Pergilah...tatap langitnya untukku" "Baiklah..barangkali ada seseorang bergaun cantik akan menemaniku minum kopi "  godamu. "Uhmmmmm baiklah dari sini akan kutabur arsenik untuk kopi itu" ancamku. Ancaman itu membuatmu terbahak. Kudengar tawamu yang selalu sanggup untuk melegakan hatiku. Ah..tawa itu, suatu hal yang tidak mudah apalagi kerap terjadi. Aku lebih sering menemukanmu termenung dengan garis wajah lelah. Mata mengembara pada lamunan kosong,berkedip tanpa cahaya. Tidak banyak yang bisa kulakukan saat itu terjadi. Hanya rebahkan kepala dipangkuanku, memijat bahumu dengan tekanan lunak dan mengecupnya halus. Aku suka melihatnya tertidur karena saat itulah kutemukan gurat wajah dengan kedamaian lembut. Betapa ingin kita berhenti. Meletakkan apa yang terbeban dipundak. Letakkan begitu saja lalu diam setelah itu. Barangkali melangkah perlahan atau sekedar duduk dan menarik nafas panjang. Sesederhana itu.

Menatapmu lama lurus matamu berpikir. Barangkali mempertimbangkan antara kanan dan kiri, berat disana ringan pada sisi yang lain. Jalan bersimpang dengan tikungan yang tak terprediksi. Lalu diam setelah itu. Kau bukan seorang pemberontak, bahkan cenderung sensitif. Maka terbaca dengan mudah reaksi itu tak memerlukan waktu lama untuk menafsirkannya. Seiring waktu, kita dapati diperlukan keberanian yang berlapis lapis demi meletakkan segala yang kita punya. Ingatan itu membuat hatiku mendadak hampa.
Gelap pagi telah memudar berganti terang. Hanya bisa menghela nafas. Air telah mencapai titik didihnya demi melarutkan kopi dalam cangkir yang akan menghangatkanmu. Namun hatimu terlanjur menggigil tenggelam pada arah semu yang tidak memberi kita arah kemanapun.

Kamis, 22 Agustus 2013

Hari ini..

Dulu saat saat renda kasih masih terjalin syahdu di gitar gitar yang kita petik, begitu erat kau genggam tanganku mengikat setiap sendi sendi dari jari jariku yang rapuh. Seandainya tubuhku tak terbalut kulit mungkin darahmu dan darahku akan menyatu..kini kau menjadi seseorang yang pernah kukenal.
Aku tiba tiba menjadi seseorang asing ditengah derai tawamu berbalut jubah indah dan berbungkus megah hiruk pikuk pesta kau bahkan tak menolehku sejenak.
Aku memang tidak membutuhkan cintamu...dengan angkuhnya aku mengucap itu. Sakit..tapi aku bangga menjadi munafik membohongi air mata yang jatuh semalaman mengalahkan munculnya embun pagi...aku rela..ahhhh lagi lagi harus berbohong...biarlah!!!